Kisah Cinta
Setiap langkah membawa kenangan indah.
2021
Sebagai kakak tingkat dua tahun di atasnya, malam keakraban itu jadi momen yang tak terlupakan. Di tengah keramaian, aku melihat dia—mahasiswa baru yang katanya masuk dalam daftar "si cantik angkatan 2020". Dari semua wajah baru malam itu, mataku berhenti padanya.
2022
Saat hubungan lamaku selesai, aku justru semakin sering memperhatikan dia. Setiap kali dia lewat bareng geng angkatannya, mataku seperti otomatis mencari. Dengan sadar, ada rasa yang makin tumbuh. Tapi waktu itu, aku masih jadi penonton dari jauh.
2023
Sempat bingung juga, gimana cara masuk ke hati yang kabarnya sudah punya pemilik. Lihai nya ular melilit, aku menemukan celahnya. Dan di situlah semuanya mulai. Nggak cuma sekadar coba-coba, tapi niat untuk benar-benar hadir.
2024
Ternyata semua rasa yang kupendam nggak bertepuk sebelah tangan. Katanya, “jodoh nggak akan ke mana.” Tapi sebelum sampai titik ini, kami memang sempat ke mana-mana dulu—mencari, meraba, dan yakin. Sampai akhirnya benar-benar memilih.
Pertemuan
Malam itu, jujur aja, aku memang niat “papasan”. Sebagai kakak tingkat, aku punya sedikit kelebihan untuk tahu dia akan ada di mana. Dengan gaya centil khas mahasiswa (yang sekarang bikin aku ketawa sendiri), aku coba manggil dia dengan cara yang... agak nyeleneh. Tapi karena kondisi malam itu gelap, dia belum tahu siapa yang manggil. Untungnya ada senior yang akrab dengannya. Dari situ, obrolan kami ngalir, bahkan lanjut cari es krim yang lagi viral waktu itu. Seaneh dan sesimpel itu, awalnya.
Pendekatan
Ternyata pendekatan kami nggak butuh waktu lama. Diam-diam, dia juga menyimpan rasa sejak lama. Awalnya dia pikir ini hanya akan jadi kedekatan biasa. Sayangnya—atau justru beruntungnya—dia bertemu seseorang yang memang ingin serius dari awal. Yang datang bukan cuma untuk lewat.
Pacaran
Hubungan kami diisi oleh banyak hal: tawa, diskusi panjang, pertengkaran kecil sampai besar, dan semua yang bikin kami sama-sama belajar. Dari situ aku makin yakin, bahwa perempuan yang dulu cuma kutatap dari jauh ini... adalah orang yang ingin kuajak menua bersama.
Lamaran
Meskipun berasal dari suku yang sama, adat dan kebiasaan keluarga kami cukup berbeda. Tapi di balik perbedaan itu, kami menemukan titik temu: senyuman hangat dan restu dari dua keluarga yang menyatu.
Pernikahan
Kami tahu, kami bukan pasangan sempurna. Tapi kami yakin, dengan doa dan usaha, kita bisa tumbuh bareng. Bayanganku sederhana: aku, bersarung dan berkumis tipis, menyiram tanaman tanpa perut buncit (semoga), sementara dia berdaster, tetap cantik seperti biasa, sambil memandangi anak-anak bermain di halaman rumah bergaya Belanda—dalam hidup yang tenang, hangat, dan penuh syukur. Aamiin
Thank You
for reading our story